Demokrasi yang Liar

Diposting oleh De^oNezZ | 01.00 | 0 komentar »

Beberapa waktu lalu kita dikejutkan oleh berita memilukan, yaitu meninggalnya Ketua DPRD Sumatera Utara setelah dipukuli para demonstran di kantor sendiri.

Abdul Azis Angkat, sang Ketua DPRD dari Partai Golkar, tengah berada di kantor kala berlangsung demonstrasi yang mengangkat masalah pemekaran daerah. Desakan para demonstran yang sudah merasa di atas angin karena berjumlah lebih banyak daripada jumlah aparat keamanan yang ada di situ ternyata berlanjut dengan tindakan anarkis.

Dengan kondisi yang seperti ini, akan mudah sekali untuk ditebak apa yang akan terjadi. Contoh ulah anarkistis para demonstran sudah banyak terjadi di mana-mana.

Gedung dibakar, kacakaca dipecahkan, ruangan diobrakabrik, dan ada kalanya berlanjut sampai berlangsungnya perang antarpendukung sudah menjadi berita yang tidak asing lagi.

Akan tetapi, kejadian ini justru menampilkan sesuatu yang baru. Ketua DPRD dipukuli sampai mati. Sesuatu yang baru dan tidak mustahil akan menjadi modus operandi dari model-model anarkisme yang segera berlanjut di masa datang. Ironisnya, ini terjadi seiring bangkitnya kebanggaan masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang telah dinobatkan sebagai "negara demokratis" terbesar di dunia.

Negara yang semua orang di dalamnya bebas melakukan apa saja. Demo setiap hari, sesekali melakukan tindakan anarkistis, merusak kantor, mobil, dan akhirnya membunuh orang. Cerminan dari kebebasan yang kebablasan ini dengan mudah dilihat dari perilaku masyarakat di jalan raya.

Tidak ada lagi yang mau mematuhi aturan yang berlaku. Mulai dari motor-motor yang tidak lagi mengindahkan rambu-rambu lalu lintas sampai mobil-mobil angkutan penumpang yang tidak lagi mengindahkan traffic light (lampu lalu lintas).

Tidak ada artinya warna lampu yang merah atau hijau, semua diterabas. Belum lagi sekelompok oknum yang dengan mudahnya mengatasi kemacetan lalu lintas dengan menggunakan mobil bersirene dan pengawal yang galak-galak untuk meminggirkan kendaraan lain.

Pilkada yang tiada henti di seluruh daerah penuh dengan keributan yang konyol serta demonstrasi yang berlangsung tidak mengenal waktu menembus area privasi dari warga sendiri. Semua bebas tiada tara dan tanpa disadari sebenarnya kita sudah sampai pada posisi yang selangkah lagi menuju chaos.

Dalam Oxford Concise Dictionary, chaos dikatakan antara lain sebagai "complete disorder and confusion." Menyedihkan, ternyata untuk sementara masyarakat luas telah diperkenalkan dengan situasi dan kondisi yang bernama demokrasi. Dengan penuh semangat seluruh rakyat mendukung agenda bergulirnya reformasi yang katanya menuju demokrasi.

Kini tontonan yang paling mengerikan telah dihadirkan di tengah-tengah kita semua dengan top box office-nya: Ketua DPRD Sumatera Utara dipukuli sampai mati. John Adair dalam salah satu bukunya menulis tentang demokrasi yang dikatakannya sebagai berikut, "Masya rakat yang demokratis tidak akan bisa berkembang dengan efektif tanpa adanya good leadership.

Leader yang dibutuhkan di sini adalah leader pada semua bidang dan pada semua tingkatan yang sanggup memberikan arah dan bimbingan, menciptakan kerja sama dan memberikan inspirasi kepada rakyat banyak untuk dapat mengerjakan yang terbaik untuk negerinya. Di samping itu,ada pula uraiannya yang sangat mengena dalam konteks keberhasilan pelaksanaan sistem demokrasi.

Dari begitu banyak dan panjang uraiannya dapat disarikan satu hal yang harus menjadi perhatian kita semua. Pemimpin, dalam mengambil keputusan, seyogianya tidak hanya mendapatkan masukan dari tim khusus para pembantunya saja. Namun, pertimbangan yang paling menentukan dalam sukses tidaknya keputusan itu diambil yang akan berbuah satu kemaslahatan bagi rakyatnya adalah tergantung dari berhasil atau tidaknya seorang pemimpin itu mendengar apa sebenarnya yang diinginkan rakyat.

Leaderharus mengambil keputusan selalu berdasar pada their deep understanding of people. Di sinilah kemungkinan kata kuncinya, dari salah satu solusi bagi pemerintah dalam berhadapan dengan salah satu persoalan yang sangat kritis saat ini, yaitu masalah pemekaran daerah. Sudah saatnya dalam masalah ini harus ada tindakan yang sangat fundamental sifatnya agar kejadian terbunuhnya seorang ketua DPRD tidak akan berulang.

Di sisi lain,sudah saatnya pula mengambil tindakan dengan mempertimbangkan ulang, banyak masalah bermunculan sebagai dampak dari lajunya sistem demokrasi yang sudah kebablasan. Kebebasan dan demokrasi sudah terlalu salah diartikan dan ini terlihat pada banyak kejadian sehari-hari yang kita alami.

Semua orang akan berkata bahwa ini memang proses yang seharusnya dilalui.Akan tetapi sekali lagi akankah kita membiarkan nyawa melayang secara percuma dan menghasilkan dendam berkepanjangan di bumi pertiwi ini?

Proses demokrasi bergulir, tapi juga berbagai krisis sebagai dampak krisis ekonomi global akan datang menghadang.Sudah waktunya pemahaman tentang demokrasi harus diluruskan kembali. Bila kita ingin melihat proses Reformasi mantap berjalan menuju tujuannya yang kita kehendaki bersama, memang tidak ada pilihan lain.(*)

0 komentar

Posting Komentar

De^oNezZ © 2009. design by : Yanku Template | Sponsored by : Tutorial87 / Commentcute / Blogger Templates