BLITAR - Sekelompok masyarakat yang menjalankan ritual keyakinan tertentu di Dusun Plumbangan, Desa Ngembul, Kec Binangun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, diselidiki Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbanglinmas) Pemerintah Kabupaten Blitar.

Kelompok yang menamakan diri Syafaatus Sholawat ini disinyalir sebagai aliran sesat. Informasi yang dihimpun, pengikut aliran ini tidak mendudukkan Tuhan sebagai satu-satunya dzat tertinggi. Pada ritual tertentu, mereka menyembah Malaikat Jibril dan Roh Kudus.

Sementara pada ritual tertentu, kelompok ini juga melaksanakan salat lima waktu lazimnya umat beragama Islam.

Kepala Bakesbanglinmas Pemkab Blitar Agus Pramono membenarkan telah mendapat informasi tersebut. Pihaknya telah menerjunkan personel ke lapangan untuk memastikan kebenaran informasi tersebut.

"Informasinya memang seperti itu. Namun kami tidak mau gegabah sebelum ada kepastian dari lapangan. Informasinya bernama Syafaatus Sholawat," ujarnya kepada wartawan, Senin (9/2/2009).

Dalam melakukan penyelidikan ini, Kesbanglinmas menggandeng Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB). Menurut Agus FKUB yang akan memastikan apakah kelompok tersebut masih berupa sekte atau sudah mengarah pada agama.

"Termasuk untuk memastikan apakah ajarannya menyesatkan atau tidak. Sebab seperti kita tahu agama yang dianggap sah di Indonesia hanya ada lima. Saat ini kita sedang berkoordinasi dengan muspika dan kepala desa setempat," paparnya.

Mengingat kasus aliran sesat bukan barang baru, diakui Agus, tidak tertutup kemungkinan semua itu benar adanya. Bahkan Agus menganalogikan para pengikut aliran sesat seperti gunung es yang hanya nampak di ujungnya. Sementara yang berada di bawah dan jumlahnya lebih besar seringkali tidak kelihatan.

"Pengikut aliran sesat itu seperti gunung es, yang terlihat di puncaknya. Padahal pengikutnya tersebar banyak. Namun kita tetap melakukan penyelidikan ekstra hati-hati. Jangan sampai hal ini memancing kelompok lain yang kontra dan melakukan main hakim sendiri," pungkasnya.

Sementara itu Kepala Kepolisian Resor Kabupaten Blitar Ajun Komisaris Besar Polisi Putu Jayan Danu Putra dikonfirmasi mengenai adanya laporan aliran sesat di wilayah Binangun mengaku belum mendengar. Untuk memastikan informasi tersebut, pihaknya akan berkoordinasi dengan Kesabanglinmas, termasuk menurunkan personel untuk melakukan penyelidikan.

[ READ MORE ]

Demokrasi yang Liar

Diposting oleh De^oNezZ | 01.00 | 0 komentar »

Beberapa waktu lalu kita dikejutkan oleh berita memilukan, yaitu meninggalnya Ketua DPRD Sumatera Utara setelah dipukuli para demonstran di kantor sendiri.

Abdul Azis Angkat, sang Ketua DPRD dari Partai Golkar, tengah berada di kantor kala berlangsung demonstrasi yang mengangkat masalah pemekaran daerah. Desakan para demonstran yang sudah merasa di atas angin karena berjumlah lebih banyak daripada jumlah aparat keamanan yang ada di situ ternyata berlanjut dengan tindakan anarkis.

Dengan kondisi yang seperti ini, akan mudah sekali untuk ditebak apa yang akan terjadi. Contoh ulah anarkistis para demonstran sudah banyak terjadi di mana-mana.

Gedung dibakar, kacakaca dipecahkan, ruangan diobrakabrik, dan ada kalanya berlanjut sampai berlangsungnya perang antarpendukung sudah menjadi berita yang tidak asing lagi.

Akan tetapi, kejadian ini justru menampilkan sesuatu yang baru. Ketua DPRD dipukuli sampai mati. Sesuatu yang baru dan tidak mustahil akan menjadi modus operandi dari model-model anarkisme yang segera berlanjut di masa datang. Ironisnya, ini terjadi seiring bangkitnya kebanggaan masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang telah dinobatkan sebagai "negara demokratis" terbesar di dunia.

Negara yang semua orang di dalamnya bebas melakukan apa saja. Demo setiap hari, sesekali melakukan tindakan anarkistis, merusak kantor, mobil, dan akhirnya membunuh orang. Cerminan dari kebebasan yang kebablasan ini dengan mudah dilihat dari perilaku masyarakat di jalan raya.

Tidak ada lagi yang mau mematuhi aturan yang berlaku. Mulai dari motor-motor yang tidak lagi mengindahkan rambu-rambu lalu lintas sampai mobil-mobil angkutan penumpang yang tidak lagi mengindahkan traffic light (lampu lalu lintas).

Tidak ada artinya warna lampu yang merah atau hijau, semua diterabas. Belum lagi sekelompok oknum yang dengan mudahnya mengatasi kemacetan lalu lintas dengan menggunakan mobil bersirene dan pengawal yang galak-galak untuk meminggirkan kendaraan lain.

Pilkada yang tiada henti di seluruh daerah penuh dengan keributan yang konyol serta demonstrasi yang berlangsung tidak mengenal waktu menembus area privasi dari warga sendiri. Semua bebas tiada tara dan tanpa disadari sebenarnya kita sudah sampai pada posisi yang selangkah lagi menuju chaos.

Dalam Oxford Concise Dictionary, chaos dikatakan antara lain sebagai "complete disorder and confusion." Menyedihkan, ternyata untuk sementara masyarakat luas telah diperkenalkan dengan situasi dan kondisi yang bernama demokrasi. Dengan penuh semangat seluruh rakyat mendukung agenda bergulirnya reformasi yang katanya menuju demokrasi.

Kini tontonan yang paling mengerikan telah dihadirkan di tengah-tengah kita semua dengan top box office-nya: Ketua DPRD Sumatera Utara dipukuli sampai mati. John Adair dalam salah satu bukunya menulis tentang demokrasi yang dikatakannya sebagai berikut, "Masya rakat yang demokratis tidak akan bisa berkembang dengan efektif tanpa adanya good leadership.

Leader yang dibutuhkan di sini adalah leader pada semua bidang dan pada semua tingkatan yang sanggup memberikan arah dan bimbingan, menciptakan kerja sama dan memberikan inspirasi kepada rakyat banyak untuk dapat mengerjakan yang terbaik untuk negerinya. Di samping itu,ada pula uraiannya yang sangat mengena dalam konteks keberhasilan pelaksanaan sistem demokrasi.

Dari begitu banyak dan panjang uraiannya dapat disarikan satu hal yang harus menjadi perhatian kita semua. Pemimpin, dalam mengambil keputusan, seyogianya tidak hanya mendapatkan masukan dari tim khusus para pembantunya saja. Namun, pertimbangan yang paling menentukan dalam sukses tidaknya keputusan itu diambil yang akan berbuah satu kemaslahatan bagi rakyatnya adalah tergantung dari berhasil atau tidaknya seorang pemimpin itu mendengar apa sebenarnya yang diinginkan rakyat.

Leaderharus mengambil keputusan selalu berdasar pada their deep understanding of people. Di sinilah kemungkinan kata kuncinya, dari salah satu solusi bagi pemerintah dalam berhadapan dengan salah satu persoalan yang sangat kritis saat ini, yaitu masalah pemekaran daerah. Sudah saatnya dalam masalah ini harus ada tindakan yang sangat fundamental sifatnya agar kejadian terbunuhnya seorang ketua DPRD tidak akan berulang.

Di sisi lain,sudah saatnya pula mengambil tindakan dengan mempertimbangkan ulang, banyak masalah bermunculan sebagai dampak dari lajunya sistem demokrasi yang sudah kebablasan. Kebebasan dan demokrasi sudah terlalu salah diartikan dan ini terlihat pada banyak kejadian sehari-hari yang kita alami.

Semua orang akan berkata bahwa ini memang proses yang seharusnya dilalui.Akan tetapi sekali lagi akankah kita membiarkan nyawa melayang secara percuma dan menghasilkan dendam berkepanjangan di bumi pertiwi ini?

Proses demokrasi bergulir, tapi juga berbagai krisis sebagai dampak krisis ekonomi global akan datang menghadang.Sudah waktunya pemahaman tentang demokrasi harus diluruskan kembali. Bila kita ingin melihat proses Reformasi mantap berjalan menuju tujuannya yang kita kehendaki bersama, memang tidak ada pilihan lain.(*)

[ READ MORE ]

De^oNezZ © 2009. design by : Yanku Template | Sponsored by : Tutorial87 / Commentcute / Blogger Templates